Seminggu denganmu (Hari 1)

Aku tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Mataku tetap terpaku pada satu titik di seberang sana. Satu titik yang membuat terpana dan mati rasa. Satu sosok yang begitu menawan di mataku dan menggetarkan seluruh tubuhku. Mataku meresapi setiap detail wajahnya. Mata yang tajam namun mengandung keteduhan, hidung mancung, bibir tipis yang siap melontarkan senyuman mematikan, semuanya terpadu dengan sempurna dalam pahatan wajahnya yang indah.
Tak sadar, aku menhembuskan nafas dramatis. Memang, setiap melihat wajahnya, rasanya aku seperti kamera dalam film-film. Mataku hanya menyorot pada satu pemeran utama. Pemeran yang begitu menawan.
Aku tersenyum kecil sambil memperbaiki letak tempat dudukku. Begitu aku kembali mendongak, tak dapat dipungkiri betapa kagetnya aku. Sosok yang sudah lama aku kagumi dari jauh sedang menatapku teduh.
"Hai," Sapanya lembut
"Hai," Jawabku pelan
"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya sembari mengambil tempat duduk di depanku
"Boleh.." Jawabku
Aku bisa merasakan rona merah yang mulai menjalar menyusuri lekukan pipiku. Tak ayal, aku berusaha menutupinya dengan buku.
"Kenapa?" Tanyanya dari seberang sana
"Bukan apa-apa." Jawabku
Aku melihat ia tersenyum kecil lalu kembali menekuni bukunya. Ahh, senyum itu. Walaupun hanya sekelebat, api sudah sangat menenangkan hatiku. Perlahan, kuturunkan bukuku dan mengamatinya diam-diam. Wajah itu, wajah yang selalu ku amati dari jauh. Kini ia berada di depanku! Apa yang harus ku lakukan??
Aku bisa merasakan degup jantungku makin bertambah cepat. Rasa panikku perlahan mulai menyerang. Apa yang arus aku lakukan? Apakah rambutku sudah rapih? Apakah bajuku kotor? Apakah...,
"Hei, kamu kenapa?" Tanya khawatir
Aku mendongak dan mendapati mata hitam itu sedang menatapku khawatir
"Tidak apa-apa. Apakah aku menganggumu membaca?" Tanyaku
Ia ertawa pelan menanggapiku "Tentu tidak. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?"Tanyanya sambil tersenyum sedikit lebar
"Aku hanya takut mengganggumu." Jawabku pelan sambil menundukan kepala
"Omong-omong, ini sudah hampir sore. Kau mau pulang?" Tanyanya seraya mengamati jam tangan hitamnya
"Ohh,iya." Aku baru menyadari ternyata sudah sore saat aku juga melihat jam tanganku "Baiklah. Aku pulang dulu ya," Kataku lalu beranjak berdiri
"Tunggu," Katanya sembari menahan sikuku dengan tangannya
Aku berhenti. Sesaat, aku merasa seolah mati rasa. Begitu aku sadar bahwa tangan lembut itu sudah menempel dengan tanganku, jantungku kembali berulah. Aku menengok dan mendapati dia sedang tersenyum
"Kau mau pulang bersamaku? Atau,kau sedang menunggu seseorang menjemputmu?" Tanyanya
"Mm...," Aku bergumam. Tidak tahu harus menjawab apa
"Kau tidak mau pulang bersamaku?" Tanyanya
"A-aku mau!" Oohh tidak. Respon yang cepat. Terlalu cepat.
Aku sibuk merutuki diri sendiri ketika sebuah suara kembali erdengar
"Baiklah. Ayo. Lagipula, sebentar lagi, perpustakaan ini akan ditutup." Katanya.
Ia melepas pengangan tangannya dari sikuku dan berjalan mendahuluiku. Aku terpaku menatapnya. Rasanya, rasa tenang yang tadi menjalari seluruh tubuhku melalui tangannya hilang seketika.
"Hei," Katanya begitu sudah berjalan agak jauh di depanku "Ayo," Katanya.
"Baik." Jawabku sembari berjalan meninggalkan bangku membaca.

Aku terbaring di ranjangku dengan nyaman. Sungguh, hari ini begitu mengangetkan. Sosok cowo yang hanya ku ketahui namanya dan sangat ku kagumi, tiba-tiba berada tepat di depanku sambil membaca, dan mengantarku pulang! Apakah ini hanya mimpi? Tidak. Ini nyata. Aku tidak bisa menahan senyum yang melebar di bibirku. 
Aku memeluk boneka beruangku dengan erat. Semoga besok akan terulang seperti ini lagi. Atau...Mungkin lebih? Aku tidak sabar menunggu hari esok!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?