Jakarta Menangis.

Saya tidak ingin bertele-tele.
Untuk malam ini, saya hanya ingin memberikan pendapat terkait dipenjaranya salah satu panutan saya atas tuduhan penistaan agama.

Basuki Tjahja Purnama.
Gubernur DKI Jakarta pertama yang bukan berasal kaum mayoritas.
Berkulit putih bersih, mempunyai mata yang jika tersenyum layaknya bulan sabit, dan memilki iman yang mengajarkan kasih dan kejujuran.

Hari ini, keadilan mengatakan jika ia, seorang minoritas yang hanya punya satu kelebihan; berbicara (terlalu) jujur, telah menista keyakinan kaun mayoritas atas pernyataannya yang (dikatakan) telah menodai citra ayat Al-Quran dan pemuka agama saat berkampanye di Kepulauan Seribu, September 2016 silam.
Hari ini, ia, seorang minoritas resmi ditahan di Cipinang selama (diperkirakan) dua tahun melalui keputusan Hakim Agung.
Hari ini, ia, seorang minoritas akhirnya bisa bernapas lega setelah setengah tahun lebih dicaci negaranya sendiri.
Dan entah mengapa, saya lega mendengarnya.

Bukan, bukan mengenai keadilan yang akan kubahas di sini.
Jika membahas keadilan, tentu akan mengundang banyak kontra, bukan?
Saya, entah bagaimana, merasa sangat bersyukur dengan putusan ini. Bukan saya tidak menghargai panutan saya yang satu itu. Jelas, saya mendukungnya seperti apapun jadinya dia nanti. Seorang gubernur atau narapidana tidak mempengaruhi prestasi dan perbuatannya yang mampu memukau saya.
Jujur, saya lebih tidak bisa membayangkan jika bapak panutan saya itu tidak dipenjara. Entah apa yang terjadi di kota ini. Bukan hanya menangis, namun juga membakar dan merusak. Saya bukan berbicara mengenai kaum dengan keyakinan tertentu. Saya hanya berbicara soal kaum anarkis yang suka mengatasnamakan agamanya. Coba untuk kali ini saja, kesampingkan dulu keyakinanmu. Pasti akan terjadi lebih banyak kerusuhan terhitung malam ini dan entah sampai kapan jika bapak panutan saya itu tidak dijebloskan ke penjara. Akan terjadi kekacauan dimana-mana yang membuat bernapas pun untuk kaum minoritas akan terasa sulit dan sesak.
Dan saya yakin, bapak panutan saya tahu benar akan hal itu. Mungkin itu lah makna dari senyumnya pasca putusan Hakim Agung. Ia sadar bahwa ini yang terbaik daripada melihat kota yang sudah dibangunnnya dengan penuh cinta kasih akan hancur dalam waktu semalam.

Saya yakin, Pak, suatu saat pasti akan tiba untuk anda menuai bibit penuh kasih yang anda tabur di negeri ini. Bibit itu akan tumbuh dengan baik karena rajin dirawat oleh Tuhan Yesus dan orang-orang yang tak pernah letih berdoa dan menangis untukmu. Saya yakin, hasil panenmu akan sangat besar dan berguna untuk orang-orang lain.
Seperti Yesus saat divonis oleh Pontius Pilatus untuk menebus darah orang-orang berdosa dan membiarkan Barnabas melenggang dengan senyum kemenangan, itu lah dirimu saat ini, wahai Bapak Panutan. Lihat pada akhirnya, siapa yang diangkat ke sorga? Bukan Barnabas, tentu saja. Melainkan orang yang berkorban demi keselamatan umat di dunia. Sama seperti Bapak, rela berkorban dengan dua tahun di penjara demi menyelamatkan warga yang percaya kepadamu dari aksi anarkis yang akan datang.

Tidur yang nyenyak untuk malam ini ya, Pak. Setidaknya untuk malam ini saja. Banyak orang-orang yang saat ini juga sedang menangis tersedu-sedu di depan penjaramu, mendoakan yang terbaik dan keadilan akan dengan cepat berpihak padamu. Yakinlah, Pak, Tuhan Yesus akan selalu besertamu. Ia tahu yang terbaik untukmu dan bangsamu. Seorang Bapa tidak pernah mengecewakan anak-Nya, seorang Bapa tidak pernah mencelakakan anak-Nya. Yakinlah akan hal itu, Pak. Tuhan Yesus yang memilih jalan ini dan dia tahu hal manis apa yang akan menunggumu kelak di akhir nanti. Tetap semangat ya, Pak. Banyak jiwa yang percaya dan berharap dapat merasakan dipimpin sekali lagi olehmu. Kegagalan dan penolakan bukan hal yang tabu untukmu, bukan? Sama seperti Tuhan Yesus yang mengalami banyak penolakan, bahkan penyangkalan oleh murid-Nya sendiri.

Salam,
Salah satu pelajar 17 tahun yang masih tabu akan politik namun yakin benar akan satu hal, bahwa selalu ada pelangi di balik hujan untuk orang-orang yang percaya pada-Nya.

dan juga,
Calon Mahasiswi Komunikasi Universitas Indonesia 2017.

amin.

God Bless You.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?