He drum it in my heart

Aku tidak menyangka ia bisa setampan,sekeren,sekece,dan sehebat ini saat bermain drum.
Rambut spike atasnya terlihat mencuat dan terkesan...seksi? Entahlah. Mungkin aku gila. Seorang penari balet mencintai seorang drummer dengan rambut spike? Orang mungkin berpikir ini cinta yang aneh dan tidak biasa. Seharusnya gadis balet mencintai pria lembut dengan perawakan rapih,bersih,dan santun. Bukannya pria dengan pakaian serba hitam dan terkesan urakan. Tapi, dia beda. Dibalik jaket kulit hitam,kaus tipis cokelat,dan celana panjang hitam dengan robek di bagian lututnya, ia sangat lembut. Bahkan, terkadang, aku tidak menyadari bahwa pria yang begitu perhatian ini adalah contoh pria yang tidak disukai orang tuaku.
Aku tidak peduli apa kata mereka. Selama pria urakan yang sekarang sedang bermain drum dengan liarnya di hadapanku ini tidak berbuat macam-macam, aku tetap mencintainya. Yah, kalau kamu wanita, kamu pasti tidak ingin harga dirimu melayang di orang yang salah,bukan? Atau,setidaknya,melayang di orang yang belum sah menjadi pasangan hidupmu. Aku sudah berulang kali mendengar hal-hal negatif tentang anak band. Aku bahkan pernah melihatnya. Tapi, itu tidak kulihat dalam dirinya. Ia berbeda. Kutekankan sekali lagi. Ia berbeda. Ia bukan pria band kebanyakan yang dengan gampangnya mempermainkan wanita dan melepehkannya begitu saja seperti permen karet. Begitu manisnya habis, segera dibuang dan diludahkan. Keji. Dan juga menjijikan.
Sosoknya kini bermain dengan lebih pelan. Terkadang ia melirik dan tersenyum lebar sembari memutar stik drumnya dengan lihai. Aku pun ikut tersenyum sambil sesekali mengangkat jempol tanda keren. Ketukan di drumnya persis seperti debaran jantung di hatiku. Dengan ritme dengan berirama kontras sekali saat kupadukan dengan dirinya yang sedang bermain drum. Ia memukulkan rasa cinta dengan semakin keras di hatiku. Membuatku terkadang sesak karena meluapnya rasa cinta ini.
Mungkin menjijikan bila kalian mendengarnya. Tapi sungguh, aku tidak berbohong. Kamu boleh bilang bahwa aku berlebihan. Mencintai seorang pria urakan yang jelas-jelas ditentang keluarga dan sekitar? Sangat berani, menurutku. Tapi, ya, mengingat bahwa aku sendiri belum meyakinkan hatiku padanya. Dan itu cukup sulit.
Ia berhenti menabuh drumnya dan berjalan ke arahku. Sebelum benar-benar sampai, gitaris band itu menepuk pundaknya dan berkata sesuatu yang tidak bisa kutangkap. Pria drummer itu hanya mengangguk dan tersenyum singkat sebelum berjalan kembali ke arahku.
"Pasti keren, aku tahu itu." katanya
Aku tersenyum malu karena ia mengingat dengan jelas apa komentarku setiap dia selesai bermain drum.
"Memangnya aku harus bilang apalagi? Aku bahkan tidak tahu lagu apa yang kau mainkan." sahutku
Ia tersenyum dan mengelus kepalaku dengan lembut membuatku sedikit....meleleh.
"Kau memang hanya tahu lagu klasik untuk baletmu itu" ejeknya
"Hei,jangan sembarangan ya!" aku mencubit perut datarnya sambil tersenyum cerah
Ia tampak meringis kesakitan sebelum akhirnya membalas mencubit pinggangku.
Aku memang belum mengatakan sesungguhnya betapa aku mencintainya. Tapi, ya, begitulah susahnya menjadi perempuan. Harus menunggu. Tapi, selama senyum,tawa,dan rasa perhatian itu belum memudar darinya, kurasa itu cukup. Ya, sangat cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?