Selamat ulang tahun, Kamu

Selamat ulang tahun, negeriku, Indonesia. Sudah tua rupanya negeriku ini. Walaupun sudah berkembang, tetap saja menurutku hanya jalan ditempat. Tetapi, saat ini aku bukan membahas ulang tahun negeriku. Ini tentang kamu. Sepotong kecil masa laluku.
Selamat ulang tahun, kamu. Sudah berapa tahun semenjak terakhir kali aku merayakannya? 2010? 2009? Sekitar segitu, lah. Aku sendiri lupa. Kamu juga, bukan? Terakhir kali aku merayakannya bersama teman-teman kita yang lain. Kami memecahkan telur di kepalamu, membalurkan terigu di tubuhmu, dan kecap di wajahmu. Masih ingatkah, kamu? Kita bahkan dimarahi guru karena melakukannya di halaman sekolah seusai upacara bendera. Kamu sampai menyempatkan diri mandi di kamar mandi Sekolah karena takut dimarahi Ibu Pantimu. Masih ingat? Sudah lama, memang. Tapi aku masih ingat dengan jelas segala detil tentangmu. Rambut cepakmu yang tidak pernah panjang melebihi telinga, luka bakar di pipi kananmu, mata sipit, kulit putih melebihi gadis-gadis,dada bidang dan tegap,dan tubuh tinggi menjulang. Senyum memaksamu dan suara rendahmu.
Ini kedua kalinya aku menulis tentangmu. Sebenarnya yang pertama sudah kuhapus karena sesuatu. Tapi, kau tahu, walaupun kuhapus, tetap saja itu takkan menghilang dari memoriku. Sebenarnya aku sudah tidak ingin menulis lagi tentangmu, tapi, ya, entah kenapa aku sangat ingin menulis tentangmu lagi. Hitung-hitung sebagai kenangan. Kebetulan sekarang ulang tahun terakhirmu di SMP, bukan? Rasanya waktu cepat sekali, ya? Sebentar lagi kita SMA dan aku tidak tahu kemana kamu akan melanjutkan sekolah. Aku sudah tidak lagi berharap bisa satu sekolah denganmu. Entahlah. Kamu juga pasti sudah melupakanmu, gadis pertama yang jatuh hati padamu. Aku juga sudah melupakan perasaanku padamu. Sungguh. Aku tidak bohong. Kamu pasti sudah bahagia diluar sana. Aku juga bahagia bersamanya. Walaupun saat kami kami hari jadi, tapi ia belum mengucapkan apapun. Kami memang sudah bertemu mata, tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Tidak apa-apa. Aku tetap menyayanginya.
Aku ingin mundur sebentar ke masa-masa dulu. Jangan bilang aku kembali mempunyai perasaan denganmu. Aku hanya ingin mengingat sebentar. Aku ingat saat kamu pertama kali datang ke kelasku saat kelas 4. Dengan tas merah marun dan wajah lugu, kamu datang dan duduk di bangku yang berjarak 2 baris dariku. Aku mengamatimu dari atas sampai bawah. Aku langsung memantapkan hati bahwa kamu, nantinya, akan sama saja seperti laki-laki lain di kelasku. Nakal, berandalan, dan berpikiran kotor. Pikiranku terbukti setelah beberapa bulan kamu tinggal di kelasku. Memang, saat tahu kamu satu agama denganku, aku berharap sedikit supaya kamu masih ingat Tuhan. Dan saat aku tahu kamu salah satu anak di Panti Asuhan kristen dekat rumahku, aku semakin memantapkan keyakinanku. Semakin lama, aku mulai mengenalmu. Dari nama kedua orangtuamu, sampai suaramu. Aku sering berbisik dengan teman dekatku tentangmu. Dan tanpa disadari, aku mulai menyukaimu.
Saat itu sedang heboh-hebohnya "pacaran". Banyak teman-temanku menyukai lawan jenisnya dan "menembaknya". Aku pun harap-harap cemas padamu. Tapi, aku tahu itu sangat mustahil. Mengingat rupaku saat itu sangat buruk dibanding teman-teman dekatku yang lain. Rambutku pendek keriting tidak jelas sedangkan teman-temanku berambut panjang lurus. Hanya aku satu-satunya murid yang memakai kacamata saat itu. Gigiku yang sedikit maju, tubuhku yang agak gempal, dan suaraku yang cempreng. Mana mungkin aku bisa sebanding denganmu? Saat itu aku hanya berpikir satu hal. Mustahil. Hanya itu. Tapi, Tuhan berkata lain.
Aku dan kamu sering mengejek satu sama lain. Aku memanggilmu teh botol karena kepalamu yang mirip tutup botol, sementara kamu memanggilku kuntilanak karena rambutku yang semrawutan. Saat vbelajar, kamu pun memanggilku begitu sambil menyontek tugasku. Atau saat istirahat tiba, kamu berlari sambil meneriakkan kata "kunti" padaku. Aku mengenggapnya biasa walaupun harus kuakui, semakin lama kami sering mengejek, hatiku malah semakin berbunga-bunga. Apalagi ditambah ejekan teman-temanku yang mengatakan bahwa sebentar lagi kami akan "jadian". Jadian? Dengannya? Aku hanya tersenyum kecut jika teman-temanku mulai mengejekku. Sampai suatu ketika,saat itu hujan turun rintik-rintik di sekolahku. Biasanya, sepulang sekolah jika hujan, aku dan teman-temanku akan membuka sepatu kami dan bermain dibawah hujan sambil menirukan gerakan sinema india yang sedang kami sukai. Tapi, saat itu lain. 3 teman dekatku mengajakku ke kebun belakang sekolahku. Sebenarnya itu bukan kebun asli. Hanya pohon pisang dan ilalang yang tumbuh di belakang sekolahku yang sekarang sudah ditebang dan diubah menjadi lapangan tambahan.
Biasanya kebun belakang tempat favorit aku dan teman-temanku untuk bergosip atau bercanda ria. Tapi, hari itu, tempat itu berubah menjadi tempat bersejarah untukku. Saat aku sampai disana, ternyata ada kamu.. Tubuhmu dibalut jaket berwarna hijau seperti seragam ABRI. Kamu tersenyum gugup saat aku datang. Aku tidak tahu maksud semua ini apasampai akhirnya kamu mengatakan sendiri. Ya, ia menembakku. Kebetulan, bukan? Atau mukjizat? Entahlah. Tapi saat itu aku tidak bisa berkata apa-apa selain tersenyum dan menganggukan kepala dengan bersemangat.
Aku kira hubungan kami akan tahan lama seperti sinetron-sinetron Indonesia, ternyata tidak sama sekali. Aku sendiri tidak tahu kapan kami putus. Tiba-tiba saja hubungan kami merenggang. Tapi, aku masih ingat saat kamu sedang berjalan ke arahku. Aku menghentikanmu dan bertanya siapakah yang terbaik diantara semua gadis di kelas kami. Dan kamu menjawab dengan tegas orangnya adalah aku. Saat itu aku hanya menganga dan berteriak-teriak dengan suara cempreng pada teman dekatku yang saat itu ikut mendengarkan. Aku juga masih ingat saat aku sedang bercanda dengan teman laki-lakiku tiba-tiba kamu menatap tajam ke arahku dan aku hanya memeletkan lidah untuk mengejekmu. Jika mengingat ini semua, menurutku ini sangat manis. Sikap cemburu bocah ingusan kelas 4 SD. Sikap cemburu yang ditunjukan saat cinta monyet sedang bersemi. Aku ingat saat itu Sekolah kami untuk pertama kalinya memberikan mading untuk setiap kelas. Kami berlomba-lomba menghias mading kami masing-masing. Dan pada suatu pagi, tiba-tiba muncul satu lembar puisi romantis di mading kelasku. Orang-orang ramai membacanya dan akhirnya menimbulkan rasa penasaran sekaligus kaget saat melihat nama yang tercantum di akhir puisi romantis itu. Kamu. Saat aku tanya puisi itu untuk siapa(karena temanku cerewet sekali) padamu, setelah diam cukup lama, kamu akhirnya menjawab kalau puisi tersebut untukku. Aku menganga diiringi seruan khas nenek lampir dari teman-temanku. Aku tidak percaya bahwa laki-laki macam kamu yang pikirannya kotor, nakal, bisa menulis semanis ini? Hebat.
Cerita-cerita romantis itu hanya berjalan singkat. Mengingat saat kelas 4,pelajaran mulai susah. Kamu pun mulai terlupakan sampai tiba-tiba kita seperti tidak pernah mengalami kejadian-kejadian romantis itu. Memasuki kelas 5 SD, aku sama sekali tidak punya perasaan denganmu. Aku malah mendengar bahwa salah satu teman dekatku, menyukaimu. Aku mendukungnya saat itu karena jujur, aku sudah melupakan semuanya. Kita sama-sama naik kelas 6 SD. Aku masih biasa saja terhadapmu, sampai suatu hari, saat aku dengan mengerjakan tugas di mejaku, kamu datang ke arahku. Aku hanya mendongak sebentar utnuk melihatmu kemudian kembali meneruskan tugasku. Kamu saat itu duduk persis di belakangku. Tiba-tiba, aku merasakan ujung pulpen meluncur mulus di atas bibirku. Aku baru akan mendongak untuk melihat siapa yang berani-beraninya menyoret atas bibirku sampai sesuatu menyentuh bibir atasku. Tanganmu. Kamu tertawa sambil berulang kali berkata maaf padaku. Tanganmu tanpa rasa malu sedikitpun menghapus coretan ang cukup panjang di atas bibirku. Saat itu aku tidak bisa apa-apa kecuali bengong dan menatap matamu. Temanku, yang duduk di depanku, juga ikut bengong melihat aksimu. Begitu coretan itu terhapus kamu kembali meminta maaf dengan suara tertawa kemudian duduk di belakangku. Aku masih bengong sampai temanku menepuk tanganku. Saat itu aku baru sadar bahwa aku kembali menyukaimu.
Segalanya terasa lambat sekaligus menyedihkan. Kamu sering duduk disampingku untuk menyontek tugasku tanpa rasa risih sedikit pun. Terkadang, saat aku tidak ingin dicontek siapa pun, kamu dengan beraninya memegang tanganku, mengangkatnya supaya tugasku terlihat jelas dan kamu bisa melihatnya dengan leluasa. Aku memang tidak berdaya. Aku rela memberikan segala tugasku jika itu membuatmu bertahan sedikit lebih lama. Mengingat saat itu kamu termasuk anak tidak pintar di sekolahku. Pelajaran semakin susah dan akhirnya tibalah ujian praktek. Aku sangat senang saat mengetahui kamu satu kelompok denganku saat ujian bahasa indonesia yaitu drama. Kelompok kami memainkan drama cinderella.Aku sangat sangat bersyukur waktu mengetahui kamu bukan pangerannya. Kamu sebagai pelayan pangeran sementara aku sendiri sebagai ibu tiri. Kita memang tidak pernah berdialog selama drama, tapi aku sangat bahagia setiap kali latihan drama. Karena aku bisa melihat dan bersamamu untuk waktu cukup lama. Saat pementasan drama, kamu terlihat sangat tampan. Dengan tuksedo yang kamu sewa, kamu terlihat sangat gagah. Temanku bahkan sampai bosan mendengarku berceloteh tentang betapa tampannya dirimu saat drama.
UN pun tiba. Aku dan kamu hanya terpisah 2 bangku. Seperti biasa, kamu tidak terlihat seperti sedang ujian UN. Kamu bahkan sangat berani menghampiri mejaku saat pengawas sedang ke kamar mandi. Kamu kembali mengangkat tanganku dan menghapal beberapa kunci dengan cepat dan kembali melesat menuju bangkumu. UN pun kita lewati dengan tenang. Aku cukup senang saat tahu NEMmu cukup bagus dan kamu diterima di SMP negeri. Walaupun kita tidak satu sekolah, tapi aku cukup bangga karena berkat bantuanku, kamu bisa mendapat SMP negeri. Perpisahan pun datang. Saat itulah aku menyadari sia-sia perjuanganku selama ini. Kamu ternyata lebih menyukai teman dekat yang kukira sahabatku itu. Aku melihatnya jelas sekali. Setiap temanku pergi kemana,kamu mengikuti. Saat turun tangga, kamu berhenti sejenak untuk menunggu temanku turun, kemudian kamu mengikuti. Saat berenang pun kamu berenang dan bercanda bersamanya. Miris sekali.
Kita akhirnya terpisah. Aku melanjutkan sekolah di salah satu SMP unggulan sendiran. Tanpa kamu, tanpa teman-temanku. Awalnya aku memang bisa mengatasinya, lama-lama aku tidak tahan lagi. Aku benar-benar ingin bertemu denganmu walaupun kita berpisah belum genap satu tahun. Aku berdoa dan berjanji supaya aku tidak akan menyayanginya lagi jika Tuhan memberikanku kesempatan sekali saja untuk bertemu dengannya. Dan, doaku terkabul. 13 maret 2012. Aku kembali dipertemukan denganmu dalam salah satu acara gereja. Mengharukan sekali. Tapi juga menyedihkan, mengingat saat itu kita hanya berdialog satu kali. Tapi tidak apa-apa. Bisa melihatmu kembali saja sudah cukup, ditambah mendengar suara rendahmu, itu sangat menyejukan.
Aku kembali ke masa sekarang. Setelah melihat akun sosial mediamu, aku kembali teringat akan dirimu. Masih wajah yang sama namun aura yang berbeda. Tampak jelas sekali kamu lebih bahagia sekarang. Apakagi saat melihat salah satu fotomu dengan gitar disebelah tanganmu. Cukup membuatku meleleh, tapi tidak cukup kuat membuatku kembali menyayangimu. Aku juga bahagia. Kalau boleh dibandingkan, aku lebih bahagia sekarang daripada dulu. Sekarang aku bisa mengerti arti sayang sebenarnya. Aku tahu kami masih cinta monyet biasa, hanya saja aku hatus mengakui bahwa aku benar-benar menyayanginya. Kamu tahu, aku hanya stuck selama SMP. Aku sangat setia, bukan? Walaupun kami pernah putus, tapi aku sadar hanya dia yang membuatku nyaman. Walaupun aku sering membandingkan dia dengan laki-laki lain termasuk kamu, aku tetap menyayanginya.
Aku tahu kamu tidak akan membaca tulisanku. Aku hanya ingin bercerita sedikit tentang awal aku mengenalmu hingga kini. Sekali lagi, selamat ulang tahun, Kamu. Semoga umurmu panjang, dijauhkan dari hal-hal negatif, tetap berpegang pada Tuhan, ya. Semoga suatu saat kita bertemu lagi. 

xoxo
-Uthe-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?