Do you remember?

"Reiiii!! Kamu dimanaaa?????" Bocah perempuan kecil berlari lari sambil sesekali menunduk dan menengok ke kiri-kanan
"Dimana yaaa??" Sebuah suara bocah laki-laki yang sama cemprengnya bergema
"Reeiii!! Aku serius ahh" Kata bocah perempuan itu lagi tapi masih terus berusaha mencari
"Aku juga serius Hanii" Suara bocah laki laki itu kembali menjawab
"Kalo aku ketemu,awas ya Rei,aku tabok pantat kamu 100x!!" Teriak perempuan itu kembali
"Coba aja kalo bisa! Weekkk" Tiba-tiba muncul seorang bocah laki-laki berkulit putih,rambut cepak,wajah manis,dan mengenakan baju tanpa lengan biru bergambar superman beserta celana serupa sedang menjulurkan lidahnya.
"Reeeiiii!!!! Awas kamu!!" Teriak bocah perempuan tadi lalu mengejar laki-laki itu
"Nih nih..Tabok sini! Weekkk" Bocah laki laki itu segera memukul mukulkan pantatnya didepan teman perempuannya sambil menjulurkan lidah
"Ihhh Rei jahat! Masa aku digituin?" Kata perempuan tadi sambil cemberut menghadap Rei
"Ahhh kamu juga udah biasa aku gituin kok! Masa sekarang kamu nangis? Ngga asik nih Hanii" Kata laki-laki itu lalu mendekati Hani
"Bodo! Huh!" Perempuan itu hanya memalingkan wajah sembari cemberut
"Ehh iya iya...Aku kasar ya?" Bocah laki-laki itu menggaruk garuk kepalanya lalu menatap teman perempuan yang sangat disayanginya itu "Maaf deh Stephani....Kan tadi kita cuma main-main...Maaf banget yaaa..." Katanya dengan tatapan memelas sembari mengangkat jari kelingkingnya tanda minta maaf
Bocah perempuan tadi hanya bolak-balik menatap wajah teman laki-lakinya dan uluran jari kelingkingnya. Kemudian timbullah sunggingan senyum kecil dihiasi lesung pipi di kedua pipi tembamnya. Ia mengangkat jari kelingkingnya dan tersenyum hangat.
"Iya aku maafin..Kamu jangan gitu lagi ya,Rei..Aku cape tau ngejar kamu. Udah tau kakiku pendek kek gini"
Katanya sembari menatap kakinya sekilas

"Bukan pendek. Kurang latian lari aja. Makanya aku ajak kamu lari lari supaya nanti,suatu saat,kita bisa lomba lari bareng dan kamu menang! OK? Jangan marah lagi yaa... Reinhart, pangeran yang ganteng dan keren ini kan udah minta maap" Katanya sembari tersenyum lebar menampakkan gigi susu dan ompongnya
"Ihh! Reinhart yang ganteng dan keren?? Mimpi apa kamu? Yang ada tuh Stephani yang cantik dan imut kaya putri istana! Kamu itu ngga pantes jadi pangeran. Kamu itu cocoknya jadi sahabat putri. Pelayan putri. Dan bisa jadi ayahanda si putri kalo lagi sedih." Tutur Hani dengan wajah berbinar
"Yaahhh... Masa tampang begini cuma jadi itu doang? Rei kan mau jadi pangeran!!" Kata Rei sambil mencibir
"Ngga boleh. Rei kan sahabat Hani. Yang boleh jadi pangeran itu cuma cowo yang Hani cinta dan juga cinta sama Hani. Kan udah berulang kali aku bilang. Gimana sih,Rei? Pikun dehhh!" Kata Hani sembari menjitak pelan kepala Rei dengan lembut
Rei hanya menatap ke arah Hani. Ia ingat. Ia akan selalu ingat kata-kata yang selalu Hani lontarkan jika Rei memancingnya dan bilang bahwa dia lah yang pantas jadi pangeran. Bukan pelayan atau sahabatnya. Tapi tetap saja Hani bersikeras tidak mau. "Dasar Hani tidak peka!" Begitulah rutukan Rei tiap kali mendengar celotehan panjang lebar mengenai impiannya menjadi putri. Rei sayang Hani. Seperti kata Hani. Seorang pangeran yang jatuh cinta pada putri. Rei cinta Hani. Sampai kapanpun. Dia sayang sekali pada Hani,walaupun Hani tidak pernah tau ataupun menyadarinya. Dia selalu berjanji dia akan melindungi Hani sampai kapanpun. Merawatnya. Mendengarkan keluhannya. Menasihatinya. Dan menyayanginya kapanpun. Ia akan selalu jadi pangeran dibelakang putri, dan tak pernah letih berharap suatu saat akan menjadi pangeran yang ada di depan sang putri.
"Nah loh dia bengong" Kata Hani polos dengan mata bulat,besar,dan jernih menatap Rei
"Ngga kok" Jawab Rei dengan senyuman hangat seperti biasa
"Boong boong...Rei kan tukang boong" Kata Hani
"Lah? Emang kapan aku boong sama kamu?" Tanya Rei bingung
"Kamu ngga mau kasih tau siapa putri kamu. Kan kemarin kamu bilang katanya kamu udah ketemu putri impian kamu. Aku aja belom lhoo.. Kamu hebat,Rei!" Kata Hani dengan wahaj kagum yang tulus
"Emang kamu pengen tau?"

"Ya iyadong! Dari kemarin aku penasaran banget lhoo"
"Nanti bakal aku kasih tau kok. Nanti. Suatu saat. Aku janji."



Sinar matahari pagi berebut masuk kedalam jendela dan pintu balkon luar kamar Hani. Suara hiruk pikuk kota Jakarta juga sudah mulai terdengar. Hani sudah terbiasa dengan ini. Jakarta. Kota yang tidak pernah tidur. Tiap saat selalu saja ramai. Padahal ini masih jam 06 pagi. Hani perlahan membuka matanya. Jam beker yang ada disebelahnya segera dimatikan dengan kasar. Hani menguap dengan lebar sebelum akhirnya mengulat dalam selimut. Matanya masih ingin terpejam. Tapi hatinya sudah terbangun sejak mimpi itu berakhir. Hani segera bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu balkon kamarnya yang langsung menghadap jalan. Matanya sempat menyipit .begitu sinar matahari menghadang wajahnya. Hani segera menghirup udara yang masih lumayan segar. Kalo sudah siang,Hani pasti tidak bisa melakukan ini lagi. Pasalnya,Jakarta sudah menjadi kota polusi jika siang. Maka dari itu,daripada bangun siang dan ngga dapet untung udara segar,lebih baik merelakan mimpi indahnya dan mendapat untung udara segar. Ett...Tunggu dulu...Mimpi indah?? Oh iya! Tadi kan ia bermimpi tentang masa kecilnya dulu dengan Rei. Reinhart Ferdinand adalah sahabat setianya sejak kecil. Hani kangen sekali dengannya. Pasalnya,sekarang Rei sudah berada jaaaauuuuuhhhhh disana. Rei sekarang ada di Amerika. Negara yang terkenal sibuk dan hebat. Dulu,saat Rei dan Hani masih menginjak kelas 2 SMA,tiba-tiba Rei pindah bersama seluruh keluarganya ke Amerika. Katanya,urusan bisnis papa Rei. Maklum,papa Rei bekerja disebuah perusahaan besar dan tiba-tiba mengharuskan direkturnya,papa Rei,untuk pindah ke sana. Entah apa urusannya,yang jelas Hani benar-benar sedih. Ia ingat kejadian tepat sebelum Rei menaiki mobilnya menuju bandara.
"Kamu sampai kapan disana,Rei?" Kata Hani sambil berusaha menahan tangisnya yang hampir meledak
"Aku ngga tau,Han...Tergantung...." Kata Rei dengan raut muka sedih tapi pasrah
"Kok tergantung? Kata kamu,kamu mau temenin aku disini sampe selamanya. Mana? Masa kita baru kelas 2 SMA kamu udah ninggalin aku? Katanya kamu mau temenin aku cari pangeranku? Mana? Apa kamu tega ninggalin aku Rei? Kenapa?! Kenapa kamu ngga tinggal aja disini sama aku,papa,sama mama?" Tanya Hani dengan pipi yang terurai aitrmata
Rei menatap Hani dengan sedih lalu menghela nafas "Stephani Princessa.......Kalo aja aku bisa kaya gitu.....Aku ngga bakal mau pindah dan ninggalin kamu disini...Tapi papa sama mama maksa...Aku harus gimana? Kamu emang penting banget buat aku. Tapi keluarga adalah yang pertama. Aku ngga bisa membantah mereka...Aku janji,Han. Aku pasti bakal kembali ke sisi kamu. Pasti. Suatu saat. Ya? Untuk sementara,kamu bisa kan cari pangeran kamu sendiri?" Tutur Rei lembut sambil membungkus kedua telapak tangan Hani dengan tangannya yang hangat
"Kamu janji?" Tanya Hani
"Janji." Jawab Rei sembari mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Hani
Hani membalas mengaitkan jari kelingkingnya sambil tersenyum samar diantara airmatanya yang terus menetes
"Udah jangan nangis lagi dongg..Udah gede juga." Kata Rei sembari menggengam wajah Hani dan menghapus airmatanya secara perlahan menggunakan ibujarinya.
"Aku ngga akan nangis kalo kamu ngga pergi,Rei" Gumam Hani pelan
"Tuh kan mulai lagi. Udah ahh.. Aku janji kokk.. Ya? Udah jangan dipikirin lagii. Kamu kan masih punya banyak temen. Rita? Ely? Roni? Banyaakk.. OK?" Tanya Rei sambil tersenyum dan menatap Hani dengan mata teduhnya
"Okey......." Setengah hati Hani menjawabnya
"Ya udah aku berangkat dulu ya,Han.. Papaayy" Rei mungucapkan salamnya seperti yang dulu biasa mereka lakukan. 'Papay' bukan 'Da dah' 
Saat Rei mulai pergi menjauh darinya,Hani segera berlari mendekat lagi dan memeluk Rei dengan erat. "Janji kan,Rei? Bakal balik lagi?" Tanyanya pelan
"Janji,Princess.."
Perlahan Hani melepaskan pelukannya dan menatap mata teduh Rei.
"Papayy,Rei...Hati hati.." Itulah kata terakhir yang diucapkan Hani sebelum Rei berangkat
Rei hanya tersenyum dan segera melangkahkan kaki menuju kedua orangtuanya yang daritadi menunggu dan menyaksikan perpisahan dua sahabat karib itu. Mereka bertiga segera naik ke mobil dan perlahan tapi pasti,mulai meninggalkan Hani dengan airmata di pipinya.

 Hani masih ingat. Dan akan selalu ingat janji Rei dulu. Sekarang,Hani sudah bekerja. Ia menjadi seoarng guru TK di sebuah Taman Kanak-Kanak dekat rumahnya. Hani senang sekali dengan anak-anak. Setiap melihat anak perempuan dan laki-laki sedang berlarian,ia kembali teringat akan tingakah konyolnya dulu dengan Rei. Anak-anak di TK Nusa Indah itu juga selalu senang tiap melihat gurunya yang satu ini. Mata mereka berbinar-binar bahagia tiap bermain dengan Hani. Anak-anak itu memanggil ia dengan nama Bu Princess karena tampang Hani memang benar-benar seperti seorang princess dimata mereka baik laki-laki maupun perempuan. Tubuh Hani tidak terlalu tinggi tapi tidak terlalu pendek. Standar. Kulitnya putih berseri, rona pipi berwarna merah muda alami tanpa blush-on, mata yang bulat,besar,jernih,dan indah,hidung mancung,bibir tipis,dan lesung pipi yang indah. Sifatnya juga bak seorang putri kecil. Baik,perhatian,lembut,sabar,dan ramah. Tapi terkadang bisa cengeng,dan manja. Saat pertama kali memperkenalkan diri dengan anak-anak,ia ingat sekali wajah-wajah kaget serta kagum yang benar-benar polos dari mereka begitu Hani menyebutkan namanya. Stephani Princessa. Sebenarnya dulu Hani ingin dipanggil Ibu Hani seperti layaknya orang-orang memanggilnya. Tapi,anak-anak tidak mau menurut dan tetap setia memanggilnya Bu Princess. Akibatnya? Orangtua mereka juga terkadang memanggilnya dengan Bu Princess. Cukup mengesalkan memang,tapi juga menggelikan. Hani baru 4 tahun mengajar disana. Tapi banyak murid-murid yang sudah SD,tapi masih mengingatnya. Kadang Hani suka iri dengan orangtua yang menjemput anak-anaknya di TK. Papa yang menyetir,mama yang duduk di sebelahnya meneriakan namanya dengan bahagia,dan anak kecil yang berlari tergopoh-gopoh mengenakan seragam TK dan ransel kartun yang ikut bergoyang. Anak itu kemudian naik dan duduk di paha mamanya. Papanya mencium keningnya,dan anak kecil itu tersenyum. Lalu,mereka,keluarga bahagia,berjalan diiringin tawa dan canda ke istana cinta mereka. Kapan ia menemukan pangerannya? Kapan ia hidup bersama dengan pangerannya? Kapan,dewi kecil hadir di perutnya? Kapan dewi kecil itu lahir dan tumbuh seperti anak-anak yang diasuhnya sekarang? Hani tersenyum kecil jika memikirkan itu.

Hari ini hari minggu. Jadi dia bebas kemana saja. Hani berencana pergi ke toko buku. Hobinya memang baca buku. Apalagi novel. Novel itu seperti hidup keduanya. Ia selalu salut dengan para penulis karena mereka bisa menciptakan sebuah dunia yang tidak bisa disentuh tapi bisa dirasakan. Menciptakan konflik di sana-sini,nuansa,dan bumbu-bumbu lain khas novel. Akhirnya setelah mandi dan bersiap-siap,ajhirnya Hani melangkahkan kaki keluar rumah setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya.
Hani berjalan sambil mendengarkan lagu dari ipodnya. Dan tanpa sadar,ia menabrak seorang cowok dari arah berlawanan.
"Ahh maaf maaf...Maaf...." Kata Hani sambil sesekali menundukan kepala
"Elo ya kalo jalan li....." Cowok itu menghentikan perkataannya dan memandang Hani. Hani yang aneh ditatapi begitu terus langsung menegurnya.
"Ma-mas?" Tanyanya takut
"Hah? Ahh...Iya.." Jawab cowo itu kikuk. Cowo itu kembali menatap cewe dihadapannya ini. Wow..Cantik sekali..." Katanya dalam hati.
"Ngga apa-apa?" Tanya Hani hati-hati
"Engga engga... Ngga apa apa kok...Maaf juga ya gue udah marah-marah sama lo." Jawabnya setelah berhasil menguasai diri
"I-iya ngga apa-apa..." Kata Hani
"Emm...Boleh kenalan?" Tanya cowo gugup.
"Ni cowo....Baru nabrak,marah-marah,trus minta kenalan lagi!  Gila kali ya?" Pikir Hani
"Maaf?" Tanya Hani pura-pura tidak mendengar
"Boleh kenalan?" Ulang cowo itu lagi dengan tatapan.......sedikit memelas mungkin
"Ooh.. Aku Hani. Stephani Princessa. Kamu?" Tanya Hani sembari mengulurkan tangannya
"Waahh..Tangannya lembutt.. Namanya juga keren! Stephani Princessa. Pantesan....Namanya aja Princess,orangnya juga kaya princess. Hihi" Pikir cowow itu sembari cekikian sendiri
"Ma-mas? Kok........Ketawa sendiri?" Tanya Hani dengan kening berlipat dalam. Dalam hati ia berpikir cowo yang ada dihadapannya dan sedang menggenggam tangannya ini sudah gila.
"Hah? Ngga... Nama elo? Oh iya Princess...Eh salah! Hani maksudnya..." Kata cowo tadi kikuk "Gue Eza Mikhael. Salam kenal" Kata cowo itu yang ternyata bernama Eza
"Ohh..Hai Eza!" Sapa Hani begitu ia melepas tangannya
"Hai juga Hani! Mmm.. Elo emang mau kemana?" Tanya Eza berbasa basi
"Ihh sumpah ini cowo pedenya selangit yah? Baru tau nama doang udah sok-sok deket. Udah Han...Jangan diladenin lagi. Gila dasar!" rutuk Hani dalam hati
"Mm.. Suatu tempat intinya. Aku duluan dulu ya. Dahh.." Kata Hani sambil melambaikan tangan kemudian buru-buru menjauh dari tempat itu secepat mungkin.
"Eh eh Hani! Tunggu! Hann!" Tapi teriakan Eza tidak didengar Hani.
"Ya sudahlah...Semoga besok ketemu lagi sama Princess itu" Kata Eza lalu pergi.


To be continued........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?