It's ME not HER! (part 2)

Lina begitu kaget melihat sikap Aldo tadi saat meneleponnya. Baru kali itu Aldo terlihat sangat bosan dengannya. Apakah aku terlalu cerewet? Pikit Lina Kalau aku cerewet,wajar dong. Aku kan sangat mengkhawatirkannya. Lina hanya bisa menahan rasa sakit di hatinya dan mulai melanjutkan pekerjaannya lagi.
Malam hari nya,saat Lina sudah selesai bekerja dan sedang membeli roti,Lina teringat akan Aldo. Firasatnya mengatakan kalau Aldo akan ada di kostannya saat ini. Jadi ia membeli muffin mocca dan moccacino kesukaan Aldo dan segera melesat pergi ke kostan Aldo. Begitu sampai,Lina melihat kalau lampu depan kamar Aldo menyala. Tandanya,Aldo pasti ada di dalam. Lina segera melangkahkan kakinya di tangga kostan dan berdiri di depan pintu kamar Aldo.Tetapi,begitu sampai,tiba-tiba pintu terbuka dan muncul sesosok wanita cantik di hadapan Lina. Di belakangnya,Aldo menatap Lina dengan pandangan terkejut. Wanita itu segera bertanya pada Aldo.
"Do,dia siapa?" Tanya Maria
"Ehh Ah..." Jawab Aldo gugup
"Aku......," Begitu Lina ingin menjawab,tibatiba Aldo memotong
"Dia temen aku."
Lina segera menatap heran sekaligus sedih ke arah Aldo.

"Ohh temen... Hai! Aku Maria. Maria Avrilia. Pacar Aldo"
Lina terbelalak mendengar penjelasan itu. Tepat pada saat itu,dadanya seperti dihujam oleh pisau yang sangat besar dan tajam. Sakit sekali. Rasanya ia ingin menangis dan berteriak. Tapi kelakuan Aldo kemudian membuatnya seperti jatuh kedalam jurang yang sangat dalam.
"Mar,ini Lina. Angelina Patricia. Temen aku. Emm... Aku antar kamu pulang ya? Udah malem."
Badan Lina bergetar hebat. Ia hanya bisa menggigit bibir begitu keras dan menahan airmatanya yang hampir menyeruak keluar.
"OK deh. Lina,aku pulang dulu ya" Maria menyunggingkan senyum manisnya,lalu pergi menuruni tangga
"Mar,aku nyusul ya" Kata Aldo setengah berteriak. Aldo segera menatap Lina yang sedang berusaha sangat keras menahan airmatanya.
"Kamu......Kamu...." Kata Lina sekuat tenaga. Ia sudah tidak kuat untuk berbicara. Menangis saat itu pun rasanya percuma.
"Maaf.Besok aku jelasin semuanya..," Aldo belum sempat menyelesaikan pembicaraannya,tiba tiba Lina memotong
"Penjelasan? Apa lagi yang mau kamu jelasin? Udah jelas kan semuanya? Kamu udah ngga sayang sama aku. Kamu duain aku. Kamu....," Dan lagi lagi Aldo memotong pembicaraan Lina
"Aku mau nganter Maria dulu. Kamu mendingan pulang aja. Bye." Kata Aldo sembari meninggalkan Lina yang hanya berdiri mematung memandang Aldo. Tapi tanpa diduga,Aldo membalikan tubuhnya lagi. Saat itu Lina menyadari kalau mata Aldo tampak merah dan ada bulir kecil di sudut matanya. Aldo menangis. Aldo segera membalikan tubuhnya kembali dan dengan cepat menuruni tangga. Lina belum bisa mencerna semua yang telah terjadi barusan. Ia hanya bisa bersandar di tembok kostan Aldo. Perlahan ia terduduk dengan pipi yang basah oleh air mata. Lina menangis tersedu sedu. Hatinya terasa sakit sekali. Kepalanya juga seperti mau pecah. Dadanya sesak dan tidak bisa bernafas. Lina menutupi wajahnya dengan tangan dan menangis dengan keras. Setelah hampir setengah jam Lina menangis,ia menghapus airmatanya. Dengan berat dan sakit hati,ditaruhnya muffin mocca dan moccacino yang tadi ia beli di depan pintu kamar Aldo. Butir butir airmata turun lagi menyusuri pipi kecil Lina. Ia segera menghapusnya,menghembuskan nafas dengan keras lalu segera pergi dari tempat itu.


"Makasih ya Do udah mau nganterin aku pulang. Untung rumah aku yang baru sama kostan kamu deket" Kata Maria sambil melepas helm motor Aldo
"Iya sama sama.." Jawab Aldo tersenyum
"Aku masuk dulu ya,Do" Kata Maria. Saat Maria membalikan tubuh,tangan Aldo yang kuat menarik kembali lengan Maria dan membuat Maria kembali balik badan
"Makasih banyak buat hari ini ya. Kamu masih ingat janji kita tadi kan?" Tanya Aldo
"Iya. Tenang aja. Selama kamu tepatin janji kamu,aku juga bakal tepatin janji aku. Kita kan simbiosis mutualisme" Jawab Maria sembari tersenyum penuh arti "Udah ah,disini dingin. Aku masuk dulu yaa. Hati-hati kamu"
"Iya Maria.Aku pergi dulu ya"
Tidak sampai 10 menit, Aldo sudah kembali ke kostannya. Dalam hati Aldo berpikir pasti Lina sudah pulang. Tapi ternyata tidak. Aldo sengaja naik dari tangga belakang yang agak tersembunyi dan gelap. Ia hanya ingin meyakinkan apakah Lina sudah pulang atau belum karena jika ia lewat tangga depan,Lina pasti bisa melihatnya dengan mudah. Dan benar saja seperti perasaannya. Lina masih duduk disana. Menangis tersedu sedu seperti seorang bocah kecil yang takut kegelapan dan kehilangan orang tuanya. Sesekali Lina menarik nafas,kemudian menangis lagi. Ini adalah pertama kalinya Aldo melihat Lina menangis. Selama ini,Lina tidak pernah menangis. Ia adalah wanita mungil,berparas seperti seorang anak kecil yang lucu dan manis,selalu ceria dan tersenyum. Tidak pernah sekalipun Lina terlihat takut atau sedih. Tapi baru kali ini Aldo melihat Lina menangis,dan ia menangis seperti itu! Begitu mengenaskan. Apalagi ditambah dia menagis karna Aldo. Aldo! Dirinya! Saat itu Aldo hanya ingin memeluk Lina seerat yang ia bisa. Tapi,rasa bersalah dan takut menahannya di tempat. Aldo hanya menatapnya dengan tatapan sedih dan bersalah. Hatinya sakit luar biasa melihat Lina menangis. Tak lama kemudian,Aldo melihat Lina sudah cukup tenang. Ia menarik nafasnya dan menghapus air matanya. Lina berdiri dan menaruh sesuatu yang terbungkus kantong kertas di depan pintu kamarnya. Aldo melihat Lina menangis lagi,tapi ia buru buru menghapusnya,menarik nafas dengan berat,lalu pergi meninggalkan tempat ini. Perlahan lahan Aldo merangkak di bawah balkon,dan mengintip secara pelan di celah balkon. Ia melihat Lina sudah keluar dari gerbang kostannya. Aldo menarik nafas lega. Ia buru buru berdiri dan mengambil kantong kertas di depan kamarnya. Ia membuka kantong kertas itu dan menemukan secarik kertas berawarna pink dengan tulisan tangan yang sudah sangat ia kenal. Kecil namun terbaca. "Aku harap kamu ngga marah gara gara kecerewetan dan kebawelan ku tadi ya :) Kamu tau kenapa aku begitu? Aku khawatir. Sangat sangat. Tapi,begitu kamu menelepon,rasa khawatir ku hilang sama sekali. Aku harap kamu senang dengan apa yang kubawa ini. Aku harap kamu lapar :D Your love -Lina- PS: Kalo kamu ngga suka makanannya,boleh kasih ke aku kok ;)"
Hati Aldo langsung mencelos begitu membaca surat kecil dari Lina. Ia membuka kantung kertas itu dan menemukan muffin berukuran sedang rasa mocca dan moccacino dalam gelas staerofom. Lina begitu tau rasa apa yang disukai Aldo. Mocca. Dan Lina juga rasa yang paling dibenci Aldo. Stoberi. Lina tau segala hal tentang Aldo. Lina kenal Aldo. Lina tau cerita tentang Aldo. Lina tau bagaimana hidup Aldo. Aldo pun juga tau hidup Lina. Oh tunggu.. Benarkah?? Apakah Aldo tau apa yang dirasakan Lina saat ini?
Aldo kembali menunduk dengan lemah. Perasaan bersalah yang besar itu masih bertahan di hatinya. Malah makin membuat Aldo terpuruk. Aldo membuka pintu kamar,merebahkan diri di kasurnya,mendekap wajahnya dengan bantal dan berteriak sekeras mungkin. Seberapa keras teriakannya atau seberapa banyak sumpah serapah dan makian yang ia tujukan untuk dia sendiri,semua takkan bisa mengobati rasa bersalah di hatinya. Aldo merasa letih dengan semua ini. Ia segera membalikan tubuh dan tidur dengan pulas.

Esok harinya,Aldo terbangun dengan dering tanda telepon di HP nya. Setengah sadar,Aldo meraba raba kasurnya. Ia menemukan ponselnya dan mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon
"Do?" Tanya sebuah suara wanita yang sangat ia kenal dan sangat ia rindukan sejak semalam
"Li..na?" Aldo terbelalak begitu mengetahui kalau Lina lah yang meneleponnya
"Nanti siang ada waktu? Aku pengen tagih janji kamu semalem. Nanti bisa ketemu di taman belakang kantor aku?" Tanya Lina dengan suara tegas
"Bi-bisa..," Jawab Aldo tergagap
"Yaudah." Lina pun segera memutuskan telepon.Kepala Aldo langsung berputar. Apa yang akan ia katakan pada Lina???


Siangnya,Aldo datang ke taman dibelakang kantor Lina. Dulu,ia dan Lina sering menghabiskan waktu disana. Sekedar mengobrol atau curhat. Aldo sudah melihat Lina disana. Duduk di bangku panjang sambil merenung menatap jam tangan pemberian Aldo saat Lina ulang tahun. Aldo datang mendekat. Tampaknya Lina masih tidak menyadari kehadirannya. Aldo kemudian menepuk pelan pundak wanita itu. Sontak Lina segera membalikan wajahnya. Lalu wajah Lina berubah jadi ketus.
"Duduk." Kata Lina
Aldo kemudian duduk di samping Lina
"Sekarang,kamu bisa jelasin?"
Aldo hanya menghembuskan nafas berat. Ia masih belum tau harus mulai dari mana untuk berbicara dengan Lina.
"Bingung harus mulai dari mana?" Lina seperti bisa membaca pikiran Aldo. Lina berkata dengan lembut dan membuat Aldo terperangah.
"Kamu bisa mulai dari kapan dan dimana kamu ketemu Maria. Selama kamu cerita aku bakal diem kok." Kata Lina lebih lembut. Ia sebenarnya sayang sekali dengan cowok yang ada disampingnya ini. Lina memang masih kesal dan sedih karena kemarin,tapi ia tidak bisa melihat kondisi Aldo yang berantakan seperti ini. Jadi ia memutuskan untuk melunak sedikit.
"Hmm.... Ok.." Aldo pun menceritakan tentang siapa Maria,mengapa ia putus dengan Maria,kapan ia bertemu lagi dengan Maria,dimana ia bertemu,dan bagaimana ia bisa menginap di Bandung bersama Maria
"Jujur Lin. Aku ngga berbuat apa apa sama dia. Kamu boleh bunuh aku sekarang kalau aku sampe boong." Kata Aldo bersungguh sungguh. Lina hanya terdiam mendengar penuturan Aldo. Selama Aldo bercerita,tidak sekalipun Lina bertanya. Dan sekarang,baru Lina merasa kalau ia harus bertanya sesuatu yang penting.
"Trus...........Kenyataan kalo kamu duain aku bener kan? Kamu jadian lagi kan sama dia tanpa aku tau. Iya kan?" Kata Lina tegas tapi suaranya sudah mulai bergetar
"Aku ngga bermaksud untuk duain kamu Lin.. Saat itu aku emang lagi jenuh sama kamu,dan aku...," Pembicaraan Aldo dipotong
"Dan kamu nembak dia lagi? Kamu tau kamu itu pacar pertamaku, Do. Kamu tau itu. Dan ini pertama kalinya aku ngerasain sakit hati karna cowo. Kenapa kamu jenuh sama aku? Aku cerewet? Bawel? Banyak nanya? Bilang Do.. Bilang....." Kata Lina sembari menundukan wajahnya dan mulai terisak
"Maaf Lin.. Aku....,"
"Maria itu beda sama aku kan?" Lagi lagi Lina memotong pembicaraan Aldo "Dia cantik,manis,pendiam,dan ga banyak nanya kaya aku kan? Dia tenang sementara aku periang ga jelas. INI AKU DO! AKU LINA! AKU BUKAN MARIA! KAMU NGGA BISA MEMAKSAKAN AKU UNTUK JADI MARIA!" Lina berseru sambil menangis di depan Aldo
"Lina... Aku minta maaf Lin... Maaf... Aku tau aku salah,tapi Maria bukan...,"
"Kalo kamu udah tau salah,kenapa kamu masih ngelakuin itu Do?! JAWAB! Maria itu bukan apa? Udah jelas jelas Maria itu pacar baru kamu!"
"Engga Lin! Maria bukan...,"
"Udah cukup. Aku udah ngga mau denger apa apa lagi. Kita sampe disini aja ya Do. Aku bener bener sakit hati sama kamu. Puas kah kamu giniin aku? Atau masih kurang? Kamu bisa kok maiinin Maria lagi" Ujar Lina sinis. Lina langsung berdiri dan pergi meninggalkan Aldo yang berusaha memanggil namanya.


Aldo menatap kepergian Lina dengan hati nelangsa.Saat ini yang benar benar ngin dihubinginya adalah Maria. Ia segera menelepon dan meminta Maria untuk datang ke taman itu. Dan dalam setengah jam,Maria datang dan duduk di samping Aldo.
"Kamu kenapa Do?" Tanya Maria dengan wajah khawatir
"Aku putus Mar...." Jawab Aldo dengan berat hati
"Hah?? Kenapa??" Baru sempat Aldo ingin menjawab,tiba tiba Maria memotong "Jangan bilang...Pacar kamu Lina?!"
Aldo hanya mengangguk pasrah
"Aldo!! Kenapa kamu ngga bilang kemarin?! Kalo tau gitu mending kita ngga usah lanjutin perjanjian kita. Lagian perjanjian kemarin kan cuma main main doang. Kamu udah bilang sama dia soal perjanjian kita?"
Aldo hanya menggeleng gelengkan kepala dengan pasrah
"Aduhh ni anak!! Cepet telpon Lina! Bilang ini semua salah paham. OK?"
"Nanti aja.....Aku bakal telpon dia kok... Sekarang aku masih syok. Kamu mau nemenin aku disini kan Mar? Aku lagi ngga pengen sendiri. Boleh kan? Atau kamu lagi ada acara sama pacar kamu,Evan?"
"Engga..Hari ini dia lagi ke Singapur ngurus kerjaanya. Iya,tenang aja. Ini kan balasan karna kamu udah mau temenin dan dengerin segala curhatan aku di Bandung" Kata Maria sembari mengedipkan sebelah mata.


Malamnya......
Sehabis mandi,pikiran Lina sudah sedikit lebih segar. Walaupun kepalanya masih pening dan hatinya masih sakit bila mengingat kejadian tadi siang,tapi setidaknya badannya sudah lebih segar. Saat Lina sedang mengeringkan rambut dengan hairdryer,tiba tiba denting sms di HPnya berbunyi. Lina segera mebngambil ponsel yang ia taruh di meja dan melihat layarnya. Aldo. Jantung Lina berdetak cepat. Ia menimbang nimbang apakah ia akan membuka smsnya atau membiarkannya. Tapi feeling Lina mengatakan ada sesuatu penting yang diberikan Aldo. Akhirnya,dengan setengah hati Lina membuka sms itu dan beginilah bunyinya.
"Lina...Maaf maaf dan maaf sekali lagi buat kamu. Aku bener bener minta maaf atas kekurang ajaran ku yang udah duain kamu. Tadi,aku pengen kasih tau kamu sesuatu tapi kamu malah pergi dariku. Aku dan Maria ngga bener bener pacaran,Lin. Kita hanya buat perjanjian mainan. Kemarin,saat di Bandung,Maria banyak bercerita tentang pacarnya,Evan. Aku pun juga sedikit banyak bercerita tentang kamu. Tapi aku tidak memberitahukan siapa nama pacarku. Saat mengobrol,tiba tiba Maria mengajak ku berjanji. Untuk hari itu saja,ia ingin menjadi pacar ku. Walau hanya main mainan. Aku akhirnya setuju karena aku pikir itu hanya satu hari. Tapi aku kaget sekali begitu melihat kamu ada di kostan aku. Apalagi saat Maria bilang kalau dia pacar ku. Kamu tau? Aku begitu sakit melihat kamu menangis. Tapi rasa bersalah menahan ku untuk segera memelukmu. Ini pertama alinya aku melihat kamu menangis. Dan kamu menangis karna AKU! Betapa bodohnya aku!! Dan sekarang kamu pergi meninggalkan aku. Aku minta maaf sangat besar Lina...Jika ada sesuatu yang bisa aku lakukan buat nebus kesalahanku,aku akan lakukan itu. Apapun! Aku minta maaf Lina... You will always be my love. Yesterday,now and forever. PS: Makasih banyak untuk "mocca mocca" yang kamu beli. Aku akan senang hati jika kamu mau kita berbagi makanan itu. With love -Aldo-"

Lina begitu tercengang dengan sms yang dia dapat. Air matanya tak pernah berhenti turun saat ia membaca sms itu. Ia tersenyum dan tak membalas sms itu. Dalam hati Lina mempunyai kejutan untuk Aldo besok.

Aldo bangun kesiangan hari ini. Kemarin ia tidak bisa tidur karena menunggu balasan dari Lina. Dan ia makin tidak bisa tidur saat menyadari kalau Lina tidak membalas. Perasaan bersalah masih terus mengganjal di hatinya. Saat Aldo sedang mencoba bangun dari tidurnya,tiba tiba terdengar ketukan lembut di pintu kamarnya. Siapa yang dateng pagi pagi gini? Aldo bersusah payah bangun,cuci muka,dan kemudian membuka pintu kamarnya. Dan begitu terkejutnya ia begitu menyadari Lina sedang berdiri disana dengan senyum cerahnya. Begitu melihat Aldo.Lina segera memeluk lehernya. Lina membenamkan wajahnya di dada bidang Aldo. Aldo yang sebelumnya terdiam segera balas memeluk Lina dengan erat. Dagunya ia tancapkan di ubun ubun kepala Lina. Setelah puas berpelukan,pelan pelan Lina melonggarkan pelukannya dan menatap wajah Aldo.
"You will be my love too,Do. Maaf udah bikin kamu jadi berantakan kaya gini." Kata Lina tulus
Aldo hanya menatap Lina terkejut dan sedetik kemudian ia kembali memeluk tubuh mungil Lina.
"Berarti kita ngga jadi putus kan?" Kata Aldo dengan mata terpejam dan dagu yang menancap di ubun ubun kepala Lina.
"No. And never." Kata Lina pelan sambil tersenyum dibalik dada bidang Aldo.


SELESAI



-Uthe-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?