Dapatkah perasaan ini sampai ke hatimu?

"Yak. Kembali lagi bersama Query di teen.fm! Remaja? Dengarkan kami!"
Aku berseru bahagia sambil mengontrol nada suaraku di studio penyiaran radio ini. Pekerjaanku disini? Mendengarkan curhatan para remaja galau nan labil di seantero ibukota. Terkadang aku memperdengarkan lagu-lagu ngehits sesusai request penggemar. Pekerjaan seperti ini sebenarnya membuatku tambah sakit. Kembali mengingat masa lalu dan menggores luka di hati. Setiap mendengar curhatan remaja-remaja ini, rasanya aku kembali teringat tentang diriku sendiri. Sebenarnya aku sudah biasa, sampai suatu hari aku mendapat telefon dari salah satu pendengar.
"Hallo! Password dulu dongg," kataku dengan suara bahagia dibuat-buat
"Teen.fm,radionya remaja." sahut suara itu
Suara laki-laki, pikirku. Tetapi suara itu cukup berat untuk seorang remaja laki-laki. Mungkin memang begitu dari lahir, pikirku.
"Bagus sekali," pujiku. "jadi, nama kamu siapa?" tanyaku
"Ferdi. Ferdi Hernawan." jawabnya
Aku terpaku. A-apa katanya? Ferdi? Ferdi Hernawan? Dia...
"Saya hanya ingin menyampaikan salam saya untuk seseorang yang sangat saya cintai."
Aku bersusah payah menelan ludah mendengar kata-katanya. Si-siapa? Siapa seseorang itu?
"Saya tidak akan menyebut namanya. Tapi, saya hanya ingin meminta maaf sebesar-besarnya pada gadis itu. Gadis blasteran indonesia-jepang yang saya temui 3 tahun silam. Saat pertama melihatnya, saya jatuh cinta padanya. Maafkan saya jika 1 tahun terakhir ini menghilang tiba-tiba dari pandangannya. Saya..,"
Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan
"Saya harus pergi. Waktu saya tinggal sedikit lagi. Saya pergi darinya karena saya menderita kanker otak selama 1 tahun terakhir ini. Saya benar-benar minta maaf. Saya hanya tidak ingin membuatnya khawatir. Semoga dia mendengar ini." katanya
Aku terdiam. Tanpa kusadari air mataku menetes satu persatu. Tidak. Tidak Ini tidak mungkin terjadi. Tidak
"Kuharap dia masih merasakan apa yang kurasakan sampai sekarang. Bisakah anda bilang supaya gadis ini tidak menangis saat mendengarnya?"
Aku terbangun dan buru-buru kuhapus airmataku.
"Ya, tentu saja," aku menarik nafaas dalam, "untuk gadis yang dicintai Ferdi. Jangan menangis, ya. Ferdi tetap mencintaimu. Maafkan dia yang sudah menghilang tanpa sebab. Jangan menangis, ya...," aku menutup mulutku untuk menahan isak tangis ini. 
Tidak. Aku tidak boleh menangis disini. Tidak boleh.
"Terima kasih ya, penyiar. Semoga perasaanku ini sampai kehatinya. Semoga permintaan maafku sampai ke telinganya. Sekian." dan Ferdi memutus telepon.
Aku melepas headphoneku dan memberikannya pada temanku yang sedari tadi menatapku sedih. Ia dengan baik hati menerima headphone dan menggantikanku untuk sementara. 
Aku berlari keluar studio menuju luar gedung. Aku menangis tersedu-sedu. Kembali teringat saat-saat indah bersama Ferdi dulu, hingga akhirnya ia menghilang dari pandanganku. Benar-benar menghilang. Seperti di telan bumi. Aku berusaha melupakannya setahun terakhir ini, dan tiba-tiba seorang lelaki mengaku bahwa ia Ferdi, dan ia masih mencintaiku. Dan dia terkena penyakit mengerikan sehingga sebentar lagi ia akan mati. Ada apa ini??!
Aku terduduk lemas di bangku panjang depan gedung. Perasaanmu sudah sampai ke hatiku, Ferdi. Bahkan menerima kenyataan bahwa selama ini kau masih mencintaiku selagi kau berjuang untuk terus hidup, sangat mengoyak hatiku. Permintaan maafmu juga sudah sampai dengan mulus di telingaku. Terima kasih sudah membuatku sedih. Terima kasih juga sudah membuatku yakin bahwa kau masih mencintaiku. Perasaanmu memang sudah sampai, tetapi apakah perasaanku ini sudah sampai di hatimu? Kurasa belum. Dapatkah perasaan ini sampai ke hatimu sebelum kau menutup mata untuk selamanya? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?