Kamu, hanyalah sepotong kecil dari masa laluku.

Kamu memang pernah berharga. Lebih dari berharga. Entahlah, aku tidak bisa mengungkapkan betapa berartinya kamu di hidupku. Kamu membuatku tersenyum walau kau tidak ada di sekitarku.Mendengar suaramu yang lembut seakan membelai wajahku di pagi hari. Ucapan selamat malammu yang begitu manis seakan menidurkanku dalam hangat pelukmu. Setiap malam. pukul 00.00, kita akan saling mendoakan. Bersaat teduh dalam nama Tuhan dengan syahdu bersamamu. Terkadang, tanpa sadar, kita sempat tertidur sebelum akhirnya dibangunkan Tuhan. Kalau kau lelah, kau memintaku untuk memimpin doa malam kita. Jika aku lelah, begitulah sebaliknya. Aku menganggap itu benar-benar manis. Tengah malam saling memeluk melalui lengan doa. Tetapi, sekarang, semuanya telah hilang.
Aku tidak tahu persis sejak kapan, kita saling menjauh. Tidak ada lagi sapaan lembut pagi hari, dan doa malam yang sebelumnya telah menjadi ritualku. Kau sibuk dengan dunia bisnismu, sehingga menjadikannya sebagai kekasih barumu. Aku tidak menuntut banyak darimu. Aku hanya ingin kejelasan dari ikatan yang menghubungkan kita. Kamu tak lagi seberharga dulu. Sedih? Tentu. Sedih kita juah. Sedih karena kau berubah menjadi sosok yang tak lagi kukenal. Kamu kasar dan sering membentakku tanpa sebab.
Terkadang, aku juga tidak mengenali diriku sendiri lagi. Aku yang dulu tidak percaya akan 'cinta itu buta'. Sekarang, aku telah dibutakan total olehnya. Bentakan kasarmu masih kuanggap perhatian. Cara kamu mendiamkanku masih kuanggap saat dimana kita butuh istirahat sebentar dan nanti akan kembali lagi. Setiap malam, pukul 00.00, aku terus berdoa. Berdoa untukkmu, Sayang. Berharap segalanya akan kembali dan aku akan kembali mendengar suara beratmu saat menahan kantuk
Tapi sekarang, saat yang sebenarnya kutunggu dari dulu tiba. Kau memberikan kejelasan yang dulu sering ku pertanyakan seiring berjauhannya kita. Kau mengatakan satu patah kata yang sebenarnya ingin kuhindari. Satu patah kata yang menurutku mengerikan jika diucapkan olehmu. Dan sekarang, kata itu meluncur mulus dari bibirmu. Rasanya seperti digampar begitu keras saat kau mengatakan itu. Aku tidak tahu apa yang kurasa, aku juga tidak tahu aku ada dimana. Yang kulihat hanyalah kamu, yang sekarang menjadi mantan kekasihku.
Aku terbangun dari lamunanku ketika tangan seseorang menepuk bahuku. Aku mendongak dan mendapati lelaki itu. Lelaki dengan penuh senyuman hangat yang selalu menyinariku. Aku tersenyum padanya. Ya, kamu adalah sepotong kecil dari masa laluku. Aku tidak bisa terus berdiam diri berlarut dalam masa laluku. Aku harus terus maju hingga akhirnya bisa mencapai pintu masa depan. Pintu yang sebenarnya telah terbuka untukku sejak lama. Di samping pintu itu, berdirilah dia. Dia, yang akan menemaniku sepanjang masa depanku.



-Uthe-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?