Terjebak nostalgia

Aku, terjebak nostalgia. Nostalgia antara kita dulu, yang sampai sekarang belum berakhir. Nostalgia tentang bagaimana aku,kamu,dan kita pernah tumbuh dalam tawa dan rasa sayang. Nostalgia yang membawaku kembali ke masa lampau dan mempertanyakan segalanya.
Maafkan aku jika kali ini tulisanku menyinggung hatimu. Aku hanya tidak tahu bagaimana lagi cara mengungkapkannya padamu. Aku hanya ingin menceritakan apa yang kupikirkan karena sekarang aku sadar, kamu tak lagi membutuhkanku.
Dulu, aku merasa bahwa selalu aku yang salah. Setiap kita bertengkar, pasti selalu aku yang minta maaf terlebih dahulu. Tidak peduli kamu yang salah, aku yang salah, atau kita sama-sama salah. Kamu tidak menyadarinya? Mungkin. Kamu memang tidak pernah menyadarinya. Aku sendiri juga baru sadar akhir-akhir ini. Di setiap pembicaraan serius kita, awalnya pasti aku yang meminta maaf dan mengakhirinya dengan mengatakan sayang terlebih dahulu. Kamu tak tahu betapa aku menginginkan kamu yang terlebih dahulu. Kamu tak tahu setiap malam aku berdoa untukmu. Dan kamu tak tahu, setiap kali kita berjauhan tanpa sebab, aku selalu menangis. Kamu bilang kamu tidak mau aku menangis, dan apakah kamu tahu bahwa setiap kali aku menangis itu karenamu! Aku menangis karena memikirkanmu! Kamu bilang kamu paling tidak suka jika aku menangis, padahal alasanku menangis adalah kamu! Setiap malam, setiap aku menangis, aku selalu berangan-angan kamu akan menghapus airmataku dengan tangan bersihmu. Tapi mana? Kamu tak kunjung datang. Malah harus aku yang datang duluan padamu.
Kamu pernah bilang bahwa setiap ada masalah, entah masalahmu adalah aku atau hal lain, kamu pasti akan menceritakannya padaku. Dimana janji itu, wahai kekasih jauh? Aku menagihnya sekarang. Aku tahu masalahmu saat ini adalah aku, dan aku menunggu kamu mengatakannya padaku sesuai janjimu. Mana? Apakah kamu lupa? Wah, bagus sekali. Ya, lupakan saja semuanya! Lupakan aku! Kamu memang lebih nyaman dengan dia, kan? Dia. Teman yang mempunyai perasaan dan pikiran yang selalu sama denganmu. Kenapa kau tidak bersama dia saja? Kurasa jika kamu bersama dia, kalian lebih bisa mengerti hati masing-masing. Kalian bisa lebih memahami, dan mungkin kalian bisa saling menyayangi seperti yang selalu kamu inginkan. Lelaki menyayangi, wanita pun juga begitu.
Ya, kamu tidak tahu. Kamu.Tidak.Tahu.Apa-apa. Bisakah kamu mengesampingkan perasaanmu dulu untuk memahami perasaanku? Bisakah kamu berhenti berpikir bahwa semua yang kamu lakukan, atau yang akan kamu lakukan adalah untuk membuatku bahagia? Kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak tahu bahwa wanita yang selama ini ada disampingmu dan menunggumu mengucapkan sayang terlebih dahulu adalah wanita yang selalu berusaha berjuang untukmu. Kamu berpikir selama ini kamu berjuang sendirian, bukan? Ya, jangan mengelak kamu! Kamu berpikir bahwa selama ini hanya kamu yang sayang. Hai, kekasih jauh. Dimana mata kamu selama ini? Dimana hati kamu? Apakah sudah bersamanya? Aku tanya, buat apa selama ini selalu aku yang berkata sayang terlebih dahulu? Buat apa aku meredam gengsi setinggi langitku jika aku tak sayang padamu? Buat apa aku meminta untuk berguna dimatamu jika aku tak sayang padamu?
Aku bertanya padamu. Kamu pernah cemburu padaku, bukan? Kita pernah bertengkar hebat hanya karena masalah itu. Kamu pikir aku juga tidak cemburu? Tidak. Kamu pikir aku tidak IRI melihatnya yang bisa dengan gampang menjadi tempat curhatmu? Kamu selalu punya alasan untuk membela dirimu sendiri, dan tanpa sengaja juga membelanya. Kamu berpikir kamu lebih nyaman bersamanya, kamu punya pikiran dan hati yang sama, dan kamu bisa menceritakan masalahmu dengan leluasa tanpa takut aku akan tahu. Hello, kekasih jauh. Aku juga punya banyak teman lelaki lainnya yang bisa membuatku nyaman bersamanya. Aku percaya mereka bisa menjadi tempat curhatku yang nyaman. Tapi, kamu tahu, aku hanya ingin percaya padamu! Aku berusaha untuk tidak menceritakan masalah kita pada mereka karena aku yakin, kamu satu-satunya lelaki yang bisa kupercaya. Kamu pikir aku bahagia selama ini? Dengan senyum dan tawa lebarku, kamu pikir aku senang? Kamu pikir dengan dekat dengan lelaki-lelaki itu, berarti aku lebih mempercayai mereka dibanding kamu?
Aku bukan menyalahkan semuanya padamu. Mungkin anggapanku berbeda jauh dengan pemikiranmu. Aku hanya ingin mengemukakan pendapatku selama ini mengenai kita. Kamu pernah bilang bahwa jika aku sedih, kamu pun juga sedih. Mana? Setiap saat aku sedih memikirkanmu, apakah kau juga begitu? Kamu tidak tahu apa-apa. Aku bukan men-capmu menjadi lelaki tidak peka. Aku juga sadar bahwa aku tidak peka. Tapi, bisakah kita mengesampingkan perasaan, dan mulai memakai logika? Buat apa selama ini kata-katamu? Jujur, aku tidak melihat perbuatan yang selama ini kamu katakan. Kamu bilang kamu percaya padaku, tapi mana? Pada faktanya, kamu lebih percaya padanya. Lebih percaya pada kata-kata orang yang menyebutku tidak lagi menyayangimu. 
Saat ini aku hanya ingin kamu mengatakan terlebih dahulu. Aku sudah lelah untuk memulai duluan percakapan kita. Aku lelah akan kamu, dan kita. Sudah cukup aku menangis untukmu. Menangis untukmu hanya membuang-buang airmataku. Aku sudah lelah berdoa untukmu, untuk kita. Aku sudah lelah dengan segala hal tentang kamu, dan juga kita. Dan kurasa kamu juga sudah lelah, bukan? Ya, kamu mungkin muak padaku. Terserah padamu. Aku sudah meluapkan segala sampah kotor di hati dan pikiranku. Entah kamu membacanya atau tidak, aku hanya ingin berkata segalanya. Terserah kamu mau berpikir apa sehabis kamu membaca ini,itulah pemikiran kamu.
Aku, terjebak nostalgia. Maafkan aku jika tulisan ini menyakiti hatimu. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang kurasakan dan juga kupikirkan selama aku bersamamu. Satu yang kutahu, selama ini perjuanganku tak pernah terlihat olehmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?