Seminggu denganmu (Hari 3)

"Sen," Panggil Gerard sambil masih terus membaca buku
"Sena?" Panggilnya lagi. Kali ini ia sudah menengadahakan wajahnya
"Senaaaa," Panggilnya setengah berteriak
Aku terbangun dari lamunanku. Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu mulai menatapnya dengan jelas
"Kamu kenapa?" Tanyanya. Suaranya terdengar khawatir
"Tidak apa-apa." Jawabku sambil menyelipkan rambutku dibalik telinga
"Bohong." Katanya singkat
Aku mendongak dan menatapnya. Gerard sedang memandangiku lekat-lekat. Mau tidak mau, aku pun kembali seperti aku biasanya. Wajahku mulai terasa panas dan aku tersenyum samar
"Tahu darimana aku berbohong?" Kataku sambil membalik-balik lembaran novelku
"Aku mengenalmu." Jawabnya yakin
"Oh ya? Baru 3 hari ini saja kita dekat, bukan? Kenapa kau begitu yakin kau mengenalku?" Tanyaku bergurau
"Karena aku..," Ia berhenti berbicara
Aku mengalihkan pandanganku kembali ke dirinya dengan pandangan bertanya-tanya
"Kau kenapa?" Tanyaku lagi
"Tidak. Aku... aku hanya merasa aku mengenalmu," jawabnya salah tingka "ya kau benar. Aku baru mengenalmu 3 hari ini." Katanya lagi
Aku menganggukan kepalaku tidak yakin. Tampaknya ada yang ia ingin katakan, tapi tidak jadi. Mungkin tidak terlalu penting, pikirku.
Aku kembali menyibukan mataku dengan novel yang sekarang terbuka lebar di atas mejaku. Tetapi, begitu aku terdiam, aku kembali mengingat mimpi itu. Ya, mimpi mengerikan itu datang semalam. Mimpi yang menunjukan kalau Gerard akan meninggal. Dalam mimpiku, Gerard terkulai lemas di ranjangnya. Aku tidak begitu ingat rupa rumahnya saat itu, yang jelas, yang sangat mencuri perhatianku hanya Gerard. Gerard yang biasanya selalu tersenyum dan ceria, kini terbaring lemas di ranjangnya. Aku tidak tahu kenapa aku bisa ada disana, tetapi begitu aku datang, ia tersenyum melihatku. Ia memberikan sebuah binder kecil padaku dan menyuruhku membacanya dengan lemah. Aku menangis saat itu juga. Apalagi begitu aku melihat perlahan ia menutup matanya dan dadanya sudah tidak naik-turun. Aku menjerit sekuat tenaga. Aku memeluknya dan mengatakan aku menyayanginya. Tapi anehnya, tidak ada satupun orang disana. Hanya aku dan Gerard.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan kuat. Apa arti semua mimpi itu? Apakah itu pertanda..?
Aku mendongakan kepalaku dan menatap Gerard diam-diam. Ia masih terlihat segar. Tidak ada anda-tanda sakit sama sekali.
Aku menghembuskan nafas perlahan. Pasti semua mimpi itu tidak ada artinya. Itu semua hanya mimpi, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri.
"Kau kenapa sih hari ini?" Tanyanya
"Tidak apa-apa," Jawabku lebih pada diriku sendiri "Tidak apa-apa." Jawabku mantap
"Baiklah, kurasa kita harus jalan-jalan sebentar." Katanya sambil menutup bukunya
"Jalan-jalan?" Tanyaku bingung
"Kurasa kau sedang tidak ingin membaca buku hari ini. Jadi yahh, bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?" Ajaknya sambil tersenyum lebar
"Kemana?" Tanyaku kembali
"Kemanapun yang kau mau." Jawabnya santai
Aku berpikir sejenak. Tempat yang aku mau?
"Bagaimana kalu kita berjalan-jalan di taman saja? Dekat rumahku, ada sebuah taman yang indah. Banyak bunganya, dan penjual makanannya" Tawarku dengan mata berbinar-binar
"Boleh. Nanti tinggal kau tunjukan dimana tempatnya." Katanya sembari menganggukan kepala
"Asyik! Ayo cepat, nanti keburu sore!" Aku langsung beranjak berdiri dan menarik tangannya

Udara disini memang paling enak.
Aku menghirup udara dalam dan perlahan. Aku memejamkan mataku dan merentangkan kedua tanganku ke samping. Aku merasakan udara lembut membelai wajahku danmenerbangkanbeberapa rambut yang sengaja kubiarkan terurai.
Aku mebuka mataku dan menengok ke sampingku. Tampaknya, ia sama menikmatinya denganku. Ia memejamkan matanya dan menikmati sentuhan lembut angin di wajahnya. Ia memasukan kedua tangannya di saku celana hitamnya. Tapi aku melihat sesuatu yang aneh. Tampaknya, matanya sedikit basah. Aku mencoba melihat dengan dekat tetapi tiba-tiba ia mulai bergerak. Dengan terburu-buru, aku kembali ke posisiku semula dan memejamkan mata. Jantungku berdegup dengan cepat.
"Menyenangkan, bukan?" Tanyanya
Aku membuka mataku dan menengok ke arahnya. Aku tersenyum. Aku melihat matanya dan aku tidak menemukan matanya basah. Ahh, mungkin hanya halusinasiku saja, pikirku.
"Rasanya kita seperti berada di surga," katanya "Kita tidak perlu takut akan masalah. Yang kita lakukan hanya hidup tenang bersama Tuhan." lanjutnya
Aku terkesiap mendengar penuturannya. Kenapa ia berpikir tentang surga? Apakah..... mimpiku benar?
"Kau kenapa?" Tanyanya begitu menengok ke arahku
"Tidak apa-apa," jawabku "Kenapa hari ini kau selalu menanyakan keadaanku?" Tanyaku
"Karena sepertinya kau sedang dalam masalah," katanya sambil memiringkan kepalanya "Atau yang lebih tepat, seperti sedang tenggelam dalam pikiranmu sendiri." lanjutnya
Aku kaget mendengar perkataannya "Darimana kau bisa menyimpulkan seperti itu?" Tanyaku dengan kening berkerut samar
"Entahlah," Ia mengangkat bahunya acuh tak acuh "Aku hanya merasakannya. Dan mungkin dari air wajahmu." Katanya
Aku masih tetap tidak mengerti. Kenapa sepertinya orang ini begitu mengenalku?
"Kau mau makan? Atau menyemil?" Tanyanya
Aku mengerahkan pandanganku ke tempat penjual makanan di tepi taman
"Aku mau gula kapas saja. Kau?" Tanyaku begitu kami sudah tiba di antara penjual makanan
"Aku belum pernah makan gula kapas. Memang rasanya seperti apa?" Tanyanya polos
"Kau belum pernah makan gula kapas?? Wow, aku kira semua anak pasti pernah makan gula kapas." Jawabku kaget
Aku tidak tahu seperti apa yang dipikirkannya saat ini. Yang jelas, begitu tadi aku mengatakannya, ia tampak terkejut dan wajahnya sedikit pucat. Tetapi kemudian ia tersenyum padaku.
"Oh ya? Mungkin hanya aku yang tidak merasakannya." Jawabnya sambil tersenyum teduh
Aku tidak mengerti kata-katanya karena ia sudah pergi meninggalkanku dan mendekati penjual gula kapas. Aku pun mengikutinya dengan kening berkerut
"Pak, gula kapasnya 2 ya." Katanya pada penjual gula kapas
Penjual itu menyodorkan 2 gula kapas besar berwarna merah muda itu pada Gerard. Gerard pun memberikan uang dan menarikku menjauh dari keramaian.

"Enak," Katanya begitu memasukan sedikit gula kapas ke mulutnya
"Kau serius belum pernah makan gula kapas?" Kataku bingung
"Menurutmu?" Tanyanya balik sambil tersenyum. Ia lalu kembali memasukan potongan gula kapas ke mulutnya. Ia memejamkan mata dan menikmatinya
Aku tidak bisa bertanya apa-apa lagi. Rasanya memang benar. Ia belum pernah makan gula kapas. Jadi, apa saja yang dimakannya saat masih kecil?
"Kau tidak makan?" Tanyanya begitu ia kembali membuka matanya
Aku kembali menatapnya dan gula kapasku. Aku lalu mengambil sedikit gula kapas itu dan emasukannya ke mulutku.
Tak begitu lama, akhirnya gula kapas kami berdua sudah kandas. Aku menengok ke arah Gerard sambil tersenyum. Tetapi, senyumku langsung hilang begitu melihat ia terdiam.
"Kau kenapa?" Tanyaku
Ia kelihatan kaget mendengar suaraku. Ia menengok dan tersenyum.
"Kenapa kau jadi bertanya padaku? Bukankah seharusnya kau bertanya pada diri sendiri?" Tanyanya
"Tapi tadi kau..,"
"Aku tidak apa-apa, Sena. Percaya padaku. Khawatirkan dirimu sendiri, oke?" Katanya sambil tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan mengelus kepalaku dengan lembut
Aku terpana melihatnya. Aku kembali merasakan serang malu itu. Wajahku panas dan jantungku berdetak cepat.
Ia masih tersenyum begitu melepaskan tangannya dari kepalaku.
"Sudah hampir gelap." Katanya sambil menatap langit yang sudah hampir gelap Bagaimana kalau kita pulang?" Ajaknya
Ia menggenggam tanganku dan menariknya. Rasanya aku seperti di atas langit. Melayang dalam bayang-bayangnya. Aku tersenyum dan mengikuti langkahnya keluar dari taman.


Ini hari yang indah. Terlalu indah untuk dilupakan.
Aku masih terjaga, padahal sudah tengah malam. Aku ersenyum lebar sambil memeluk boneka beruangku. Tuhan, tolong, katakanlah padaku bahwa mimpi semalam hanya sekadar mimpi. Aku tidak tahu aku harus bagaimana jika ia tidak ada.
Aku kembali menerawang dan mengingat saat kami di taman tadi. Memang, hari ini banyak yang ganjil dari Gerard. Entahlah. Ia tidak mau memikirkannya saat ini. Yang ingin ia lakukan hanya tidur dengan nyenyak tanpa mimpi mengerikan tentang Gerard.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?