Seminggu denganmu (Hari 4)

Suara apa itu? Berisik sekali.
Aku mengulurkan tanganku dari balik selimut dengan malas. Meraba-raba meja di sampingku dan memegang sesuatu. Dengan malas, aku melemparkannya ke lantai begitu saja.
Aku kembali menggeliat di balik selimut dan menutup mataku, tetapi belum sempat kembali ke alam mimpi, sesuatu kembali membangunkanku.
Aku meraba-raba di bawah bantalku dan menemukan benda itu. Getaran dan dering ponsel itu begitu menyengat telingaku. Tanpa melihat layarnya, aku langsung mengangkatnya dengan mata masih terpejam
"Hallo," Kataku malas
"Sena? Kau masih tidur?" Tanya sesorang di seberang sana
Sontak aku membuka mata mendengar suara di seberang sana
"Gerard?" Tanyaku tidak percaya
"Kau mengenal suaraku, rupanya." Ia terdengar terkekeh di seberang sana "Jadi kau belum bangun?" Tanyanya dengan nada tidak percaya
"Darimana kau tahu nomorku?" Tanyaku bingung
"Dari Ibu Kath." Jawabnya
"Sepertinya kau sering mengorek hidupku lewat Ibu Kath," aku tersenyum
"Tentu saja. Jadi, kau masih ingin tidur? Kau tidak ke perpustakaan hari ini?" Tanyanya
Aku menggeliat dalam selimut sebelum menjawab pertanyaannya "Sepertinya tidak untuk hari ini. Aku sedang tidak ingin membaca." Jawabku
"Karena kau tidak ingin ke perpustakaan, bagaimana kalau kita ke pameran buku? Aku dengar ada pameran buku di gedung depan perpustakaan." Tawarnya
"Pameran?" Tanyaku malas. Aku memang tidak begitu suka dengan hal yang berbau 'pameran'. Hanya bikin bosan.
"Iya." Jawabnya
"Kenapa kita tidak ke mal saja? Atau ke taman seperti kemarin?" Tanyaku
"Kemarin aku sudah menuruti keinginanmu. Hari ini, kau juga harus menuruti keinginanku." Katanya. Aku bisa merasakan ia sedang tersenyum lebar saat mengatakan itu
"Baiklah," Jawabku malas sambil tersenyum lebar
"Aku akan menjemputmu satu jam lagi. Dan," katanya "Sebaikanya kau segera bersiap." Katanya
"Okey," Kataku sambil menguap
"Aku berani bertaruh kalau kau tidak mengerti apa yang ku katakan. Aku akan menjemputmu kapan,Sena?" Tanyanya lagi
Aku terdiam. Kapan ya?
Aku mendengar ia tertawa terbahak-bahak di seberang sana "Aku akan menjemputmu satu jam lagi," Katanya begitu selesai tertawa "Sebaiknya kau segera bersiap. Aku tidak suka menunggu, kau tahu" Katanya
"Oke. Satu jam lagi." Kataku meyakinkannya
"Baiklah. Sampai nanti" Katanya
"Sampai nanti." Aku memutus telepon dan tersenyum.
Aku kembali menggeliat dan memeluk boneka beruangku. Mendengar suaranya hari ini saja sudah membuatku bahagia. Dan untungnya, semalam, aku tidak diganggu mimpi mengerikan itu lagi. Aku bahkan tidak bermimpi sama sekali! Mungkin karena sangat lelah karena memikirkna mimpi itu seharin membuat aku tidak mendapat mimpi sama sekali semalam.
Baru saja aku ingin menutup mataku lagi tiba-tiba teringat kata-katanya tadi. Satu jam lagi?
Aku langsung terbangun dan bangkit dari tempat tidur. Dengan buru-buru aku mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi.


"Kau tampak cantik," Katnya begitu aku membuka gerbang rumahku dan menemukannya sedang bersandar di kap jazz hitamnya
Aku tersipu malu. Yang benar saja! Di puji seseorang yang begitu kau kagumi? Apalagi saat melihatnya dalam balutan kemeja biru dan celana putihnya. Aku tampak kecil jika dibandingkan dengannya
"Cantik?" Tanyaku lagi sembari melihat kebawah. Hanya baju terusan hijau tosca dengan ikat pinggang hitam melingkar.
"Ya, sangat." Katanya lagi dengan tatapan kagum
Aku bisa merasakan rona merah itu menjalar. Degup jantungku juga kembali berulah. Baru pagi-pagi, ia sudah membuat jantungku seperti ini. Bagaimana nanti?
"Terima kasih," kataku tersipu "Kau juga sangat tampan hari ini." Kataku malu-malu
"Aku tahu itu." Jawabnya sambil tersenyum lebar
Aku terbelalak dengan tatapan tidak percaya
"Kau cukup percaya firi, rupanya" Kataku sambil terkekeh
Ia hanya tersenyum dan membukakan pintu mobilnya untukku dengan sangat manis. Di dalam mobil, aku melihat ia memutar dan masuk ke dalam mobilnya.
"Jadi, kau benar-benar ingin ke pameran? Sejujurnya aku tidak terlalu yakin." Tanyanya setelah memasang sabuk pengamannya
"Tenang saja. Aku tidak akan bosan." Jawabku mantap. Dalam hati, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri ntuk tidak mengantuk selama pameran itu.
"Baiklah, kita lihat saja nanti." Katanya dengan senyum mengejek dan mulai menjalankan mobilnya.


Ahh pameran ini begitu membosankan.
Aku sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali aku menguap. Mungkin Gerard juga. Aku bisa merasakan daritadi Gerard berusaha menahan tawanya setiap kali aku menguap. Tetapi aku tidak peduli. Pameran ini memang benar-benar membosankan. Jujur saja, aku sedikit iri dengan Gerard. Dia tampaknya sangat menikmati pameran ini. Aku? Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Yang ada dalam pikiranku sekarang hanya pulang. Dan tidur. Atau jalan-jalan lagi dengan Gerard. Asalkan tidak ke tempat seperti ini lagi.
"Hahahahahahaha," Gerard tertawa terbahak-bahak begitu kami keluar dari pameran
Aku hanya menengok dan menatap Gerard dengan malas.
"Benar, kan? Kau pasti tidak akan bisa menahan kantukmu itu." Katanya lagi di sela-sela tawanya
Aku kembali menguap
"Sebenarnya aku juga tidak suka pameran." Katanya
Aku berhenti menguap dan menatapnya kaget.
"Kau terkejut ya? Well, itulah alasan mengapa aku membawamu kesini. Supaya aku mempunyai teman dan tidak akan mengantuk." Tuturnya lagi—yang sebenarnya membuatku kembali terkejut—.
 "Jadi kau sengaja membawaku dan dengan asyiknya melihatku menguap berulang kali supaya kau erhibur dan tidak akan mengantuk?" Tanyaku sarkatis
"Whoa whoa,tampaknya kau sangat marah." Katanya begitu kami sudah di dalam mobil
Aku memalingkan wajah dengan sombong
"Maafkan aku Sena," Katanya lembut
Aku tetap tidak bergerak. Mobil pun juga belum berjalan.
Tetapi,tiba-tiba terasa sentuhan lembut di pundakku. Aku menoleh dan mendapati tangan Gerard di bahuku. Ia tersenyum lembut. Dengan perlahan, ia menarik telapak tanganku dan menggenggamnya erat.
"Maaf ya," Katanya lagi
Aku tidak bisa memungkiri bahwa hatiku sudah meleleh karenanya. Ahh, gerard. Selalu saja kau membuatku tidak bisa berkutik.
"Baiklah, aku memaafkanmu." Kataku seraya membalas genggaman tangannya
Ia memperlihatkan sederet gigi putih bersihnya dengan lebar yang sebenarnya selalu bisa mematikan seluruh sistem tubuhku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal nama UTHE

For you, Je

Is It End?